Terumbu Karang adalah Hidupan Laut yang Penting Terumbu karang adalah salah satu keajaiban alam bawah laut yang sangat menakjubkan. Terumbu karang yang indah dan sehat merupakan rumah bagi berbagai jenis biota laut yang mengagumkan. Namun, keberadaannya seringkali terancam oleh kegiatan manusia, seperti pencemaran dan pemanasan global. Padahal, terumbu karang memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan sektor, terutama sektor pariwisata. Potensi Wisata dari Terumbu Karang Terumbu karang yang indah dan sehat merupakan daya tarik wisata yang sangat besar. Banyak wisatawan yang datang ke daerah-daerah pantai untuk melihat langsung keindahan terumbu karang. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa daerah yang terkenal dengan keindahan terumbu karangnya, seperti Bali, Wakatobi, dan Raja Ampat. Potensi wisata dari terumbu karang sangat besar, sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian daerah. Terumbu Karang sebagai Habitat Satwa Laut Terumbu karang juga memiliki peranan yang sangat penting sebagai habitat satwa laut. Banyak jenis biota laut yang hidup di dalam terumbu karang, seperti ikan, udang, kepiting, dan banyak lagi. Kehadiran terumbu karang yang sehat dan indah dapat menarik berbagai jenis satwa laut yang indah dan mengagumkan. Hal ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin melihat satwa laut secara langsung di alam liar. Terumbu Karang sebagai Penyeimbang Ekosistem Laut Terumbu karang juga memiliki peranan yang sangat penting sebagai penyeimbang ekosistem laut. Terumbu karang yang sehat dan indah dapat membantu menjaga keseimbangan populasi satwa laut. Selain itu, terumbu karang juga dapat membantu mengurangi dampak buruk dari pemanasan global dan pencemaran laut. Dengan menjaga keberadaan terumbu karang yang sehat, maka ekosistem laut dapat tetap seimbang dan berkelanjutan. Kesimpulan Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan terumbu karang yang indah sangat penting dalam pengembangan sektor, terutama sektor pariwisata. Terumbu karang memiliki potensi wisata yang besar, serta peranan yang penting sebagai habitat satwa laut dan penyeimbang ekosistem laut. Oleh karena itu, kita semua harus menjaga keberadaan terumbu karang yang sehat dan indah agar dapat memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dan alam. FAQ 1. Apa itu terumbu karang? Terumbu karang adalah salah satu keajaiban alam bawah laut yang terdiri dari kumpulan karang dan organisme laut lainnya. 2. Apa manfaat terumbu karang? Terumbu karang memiliki potensi wisata, peranan penting sebagai habitat satwa laut, dan sebagai penyeimbang ekosistem laut. 3. Apa saja daerah di Indonesia yang terkenal dengan keindahan terumbu karangnya? Bali, Wakatobi, dan Raja Ampat merupakan beberapa daerah di Indonesia yang terkenal dengan keindahan terumbu karangnya. 4. Apa yang menjadi ancaman terbesar bagi keberadaan terumbu karang? Pencemaran dan pemanasan global merupakan ancaman terbesar bagi keberadaan terumbu karang. 5. Apa yang dapat kita lakukan untuk menjaga keberadaan terumbu karang? Kita dapat menjaga lingkungan sekitar terumbu karang agar tetap bersih dan sehat, serta mengurangi dampak buruk dari pemanasan global dan pencemaran laut.
olehterumbu karang 3 Ada empat macam tipe terumbu karang yang umum dijumpai di from SA 1506 at Terbuka University
Halini dapat dilihat dari pusat terumbu karang dunia yang 65 persen dimiliki oleh Indonesia. โPusat terumbu karang menjadi penting karena memberikan kontribusi yang cukup besar bagi sektor pariwisata. saat ini yang terpenting dalam membangun sustainable tourism adalah membangun kepercayaan wisatawan dalam penerapan protokol kesehatan
Disiniterlihat Indonesia belum bias mengolah dengan baik keberadaan pulau-pulau kecil termasuk kurang-kurangnya yang ada pada bagian terluar wilayah Indonesia. Selain sebagai bukti kuat batas wilayah Negara, pulau-pulau dan karang-karang tersebut juga mempunyai prospek yang menjanjikan dalam bidang ekonomi, social, dan budaya.
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang cukup produktif di wilayah pesisir . Bagi berbagai spesies ikan, terumbu karang merupakan tempat asuhan, tempat memijah dan tempat mencari makan. Bagi para wisatawan, terumbu karang merupakan daya tarik wisata karena keindahannya. Keberadaan terumbu karang juga berperan dalam melindungi wilayah pesisir dari terpaan badai. Akan tetapi terumbu karang juga merupakan ekosistem yang rentan terhadap kerusakan. Ketergantungan yang tinggi akan sumber daya laut mengakibatkan pemanfaatan yang berlebihan dan perusakan terumbu karang. Konflik tata ruang, pencemaran, pemanasan gobal, dan gempa tektonik menjadi faktor penyebab degradasi ekosistem pesisir, tidak terkecuali terumbu karang. Penyebab kerusakan ekosistem terumbu karang juga disebabkan oleh besarnya aktifitas manusia, kegiatan illegal fishing, kualitas perairan, sedimentasi dan kegiatan wisata bahari. Penangkapan ikan dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan trawl, bom, dan bius menyebabkan kerusakan terumbu karang secara massif. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free POTENSI SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN WPPNRI 572 Editor Prof. Dr. Ir. Sonny Koeshendrajana, Prof. Dr. Ir. I Wayan Rusastra, Prof. Dr. Ir. Mochamad Fatuchri Sukadi, POTENSI SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN WPPNRI 572 ๎จ๎๎๎๎๎๎๎Prof. Dr. Ir. Sonny Koeshendrajana, Prof. Dr. Ir. I Wayan Rusastra, Prof. Dr. Ir. Mochamad Fatuchri Sukadi, ๎ณ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎Sinta Nurwijayanti, ๎ต๎๎๎๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎Permana Ari Soejarwo, ๎ฏ๎๎๎๎๎๎๎Edwin Yulia Setyawan, ๎ง๎๎๎๎๎๎๎ถ๎๎๎๎๎๎๎Duwi Agus Prasetiawan, S. Tr. Anim ๎จ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎Cetakan pertama, November 2019 ๎ญ๎๎๎๎๎๎๎ซ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎xi + 248 hal ๎ณ๎๎๎๎๎ ๎๎๎๎AMAFRAD Press Gedung Mina Bahari III, Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Jakarta Pusat 10110 Telp 021-3519070 Fax 021 3513287 Email amafradpress Nomor IKAPI 501/DKI/2014 ISBN 978-623-7651-04-8 e-ISBN 978-623-7651-05-5 Hak Penerbitan ยฉ AMAFRAD Press i ๎ฎ๎ค๎ท๎ค๎๎ณ๎จ๎ฑ๎ช๎ค๎ฑ๎ท๎ค๎ต๎Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridho dan kemudahan-Nya, Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan BBRSEKP - Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan BRSDMKP dapat menghadirkan buku โPotensi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan WPPNRI 572โ. Buku ini merupakan hasil buah karya peneliti BRSDMKP yang membahas mengenai sintesa hasil riset terkait potensi dan pemanfaataan sumber daya kelautan dan perikanan. BBRSEKP menjadi koordinator dalam penyusunan buku ini untuk menunjang capaian kinerja strategis BRSDMKP dalam pengelolaan sumber daya yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dalam buku ini termuat pembahasan mengenai aspek lingkungan, ekologi, teknologi penangkapan, ekonomi, dan sosial budaya dalam mendukung pemanfaatan dan pengembangan sumber daya perikanan WPPNRI 572. Materi yang terangkum dalam buku ini merupakan hasil riset dan kajian terkini yang telah dilakukan para peneliti BRSDMKP di wilayah perairan WPPNRI 572. Buku ini mencakup tiga dimensi utama, yaitu a Potensi sumber daya dan kondisi lingkungan; b Dinamika pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan, dan; c Sosial ekonomi nelayan dan kelembagaan pengembangan. Ketiga dimensi ini didukung oleh 16 makalah dengan sekuensi dan konektivitas yang terintegrasi untuk mendukung tema utama buku ini. Keragaan potensi sumber daya akan menentukan pola pengelolaannya dan pada akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan produksi dan pendapatan nelayan. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Editor, Peneliti, dan Tim Editorial yang telah menyelesaikan pembuatan buku ini. Harapan kami, buku ini dapat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dan berkontribusi dalam akselerasi penyebarluasan hasil-hasil riset BRSDMKP. Jakarta, 2019 ii ๎ธ๎ฆ๎ค๎ณ๎ค๎ฑ๎๎ท๎จ๎ต๎ฌ๎ฐ๎ค๎๎ฎ๎ค๎ถ๎ฌ๎ซ๎Tim Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sonny Koeshendrajana, Prof. Dr. Ir. Ketut Sugama, Prof. Dr. Ir. Ngurah N. Wiadnyana, Prof. Dr. Ir. I Wayan Rusastra, Prof. Dr. Ir. Mochamad Fatuchri Sukadi, Dr. Ir. I Nyoman Suyasa, Dr-Ing. Widodo S. Pranowo, dan Dr. Singgih Wibowo, yang telah mengoreksi dan memberikan saran kepada Tim Penulis sehingga buku ini menjadi lebih sempurna dalam penyajian dan materi buku menjadi lebih baik. Ucapan terima kasih tak lupa Tim Penulis sampaikan juga kepada Kepala Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan BBRSEKP yang menjadi koordinator dalam penyusunan buku ini, Kepala Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan BBRP2BKP, Kepala Pusat Riset Perikanan Pusriskan, Kepala Pusat Riset Kelautan Pusriskel, dan Tim Editorial BBRSEKP yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. iii ๎ง๎ค๎ฉ๎ท๎ค๎ต๎๎ฌ๎ถ๎ฌ๎KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................... i UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................................................................ ii DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ................................................................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................................... viii 1. POTENSI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN PADA WPPNRI 572 .................................................................................................................................... 1 Oleh Sonny Koeshendrajana, I Wayan Rusastra, dan Mochamad Fatuchri Sukadi 2. BAHAN AKTIF DARI LAUT DI WPPNRI 572 POTENSI DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA .......................................................................................................................... 13 Oleh Agus Heri Purnomo dan Sihono 3. KONDISI EKOSISTEM DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGAN TERUMBU KARANG KEPULAUAN HINAKO, KABUPATEN NIAS BARAT - SUMATRA UTARA ................................... 23 Oleh Taslim Arifin dan Muhammad Ramdhan 4. KARAKTERISTIK PANTAI DAN KERENTANAN PESISIR SUMATRA BARAT ............................. 41 Oleh Tubagus Solihuddin, Ulung J. Wisha, Ruzana Dhiaduddin, Triyono, dan Hikmat Jayawiguna 5. PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI OSEANOGRAFI BAGI PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP BERKELANJUTAN DI WPPNRI 572 .......................................................... 55 Oleh Dian Novianto dan Muhammad Taufik 6. SITUS KAPAL TENGGELAM BERSEJARAH DAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL SUMATRA BARAT ................................................................ 63 Oleh Nia Naelul Hasanah Ridwan, Try Al Tanto, dan Ulung Jantama Wisha 7. TINGKAT ANCAMAN DAN KEARIFAN LOKAL MITIGASI GEMPA DAN TSUNAMI DI WPPNRI 572 .............................................................................................................................................. 85 Oleh Semeidi Husrin, Joko Prihantono, Wisnu Aria Gemilang, Gunardi Kusumah, dan Aprizon Putera 8. DINAMIKA POTENSI DAN PENGELOLAAN PERIKANAN PELAGIS DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 572 ......................................... 111 Oleh Regi Fiji Anggawangsa, Ria Faizah, dan Ignatius Tri Hargiyatno 9. PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP MERAH DI PERAIRAN SIBOLGA ...................................... 121 Oleh Ria Faizah, Regi Fiji Anggawangsa, dan Ignatius Trihargiyatno 10. POTENSI PENGEMBANGAN DAN DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN RUMPUT LAUT DI PERAIRAN WPPNRI 572 ....................................................................................................................... 135 Oleh Sihono dan Agus Heri Purnomo 11. DUKUNGAN PROGRAM SKPT TERHADAP USAHA PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, SUMATRA BARAT ..................................................... 145 Oleh Risna Yusuf dan Nadia Permata Sari 12. DAMPAK IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NO. 71/2016 TENTANG JALUR DAN ALAT PENANGKAPAN IKAN TERHADAP USAHA PERIKANAN BAGAN PERAHU DI PROVINSI SUMATRA BARAT ................................................ 155 Oleh Rizki Aprilian Wijaya, Erfind Nurdin, dan Yayan Hikmayani iv 13. NELAYAN SKALA KECIL DI KOTA SIBOLGA KARAKTERISTIK DAN PERMASALAHANNYA DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI ........................................... 169 Oleh Riesti Triyanti, Christina Yuliaty, dan Hakim Miftakhul Huda 14. KARAKTERISTIK DAN PENDAPATAN NELAYAN DI PULAU ENGGANO ................................. 179 Oleh Retno Widihastuti dan Rizky Muhartono 15. INFRASTRUKTUR DAN JARINGAN SOSIAL PERIKANAN WPPNRI 572 DI PERAIRAN ACEH........................................................................................................................................................ 191 Oleh Armen Zulham 16. PERSPEKTIF SOSIAL EKONOMI STOCKING LOBSTER KE PERAIRAN SIMEULUE DI WPPNRI 572 ............................................................................................................................................ 201 Oleh Armen Zulham , Nendah Kurniasari, dan Christina Yuliaty 17. PELUANG DAN TANTANGAN USAHA PERIKANAN DI SABANG BAGI PEREKONOMIAN KOTA SABANG ...................................................................................................................................... 215 Oleh Mira, Rani Hafsaridewi, dan Freshty Yulia Arthatiani 18. POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN WPPNRI 572 KERAGAAN DAN PENGELOLAAN MENUJU PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN NELAYAN .................................................................................................................... 227 Oleh Sonny Koeshendrajana, I Wayan Rusastra, dan Mochamad Fatuchri Sukadi BIODATA EDITOR ......................................................................................................................................... 233 BIODATA PENULIS ....................................................................................................................................... 235 v ๎ง๎ค๎ฉ๎ท๎ค๎ต๎๎ท๎ค๎ฅ๎จ๎ฏ๎Tabel Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan pada WPPNRI 572 Menurut KEPMEN KP Nomor 50 Tahun 2017 ................................. 3 Tabel Jenis Aktivitas dan Aplikasi Bahan Aktif Laut dari Rumput Laut di WPPNRI 572 Indonesia ........ 15 Tabel Bahan Aktif Laut dan Status Teknologi yang Telah Dihasilkan ....................................................... 17 Tabel Persentase Tutupan Substrat Dasar di Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015 .................................. 31 Tabel Matrik Kesesuaian Wisata Selam Kategori Objek Kapal Tenggelam .............................................. 72 Tabel Kesesuaian Wisata Diving Kapal Tenggelam di Kawasan Mandeh Tahun 2015 ............................. 74 Tabel Indeks Kesesuaian Wisata Selam Objek Kapal Tenggelam di Kawasan Mandeh tahun 2015 ......... 74 Tabel Beberapa Kejadian Gempa Bumi dan Tsunami Pasca Gempa Bumi dan Tsunami Aceh 2004 dengan Kekuatan Gempa Lebih Dari 6 di Sekitar Pulau Sumatra WPPNRI 572 Disarikan dari dan Sumber-Sumber Lainnya ............................................................... 91 Tabel Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di WPPNRI 572, Indonesia, Tahun 2017 .. 112 Tabel Status Sumber Daya Perikanan Tuna Tropis dan Neritic Tuna di Perairan IOTC .......................... 115 Tabel Ukuran Panjang dan Berat Beberapa Jenis Kerapu dan Kakap Merah Hasil Tangkapan Pancing Ulur di Sibolga, 2014 ...................................................................................................................... 128 Tabel Ukuran Panjang Total TL Ikan Kerapu di Beberapa Lokasi di Indonesia ................................... 128 Tabel Perbandingan Musim Penangkapan Kerapu di Perairan Indonesia ................................................ 129 Tabel Perbandingan Musim Penangkapan Kakap Merah di Perairan Indonesia ...................................... 130 Tabel Parameter Mutu Natrium Alginat ................................................................................................... 137 Tabel Kegiatan Pengolahan Produk Rumput Laut yang Berasal dari WPPNRI 572 ................................ 138 Tabel Rekomendasi Teknologi yang Dihasilkan oleh BBRP2BKP .......................................................... 140 Tabel Identifikasi Kondisi Infrastruktur di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat 2018 ........ 146 Tabel Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di WPPNRI 572, 2011 .......................................................... 147 Tabel Potensi dan Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di WPPNRI 572, Tahun 2011 dan 2016 ....... 148 Tabel Produksi Ikan Pelagis di Perairan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2014 ............... 149 Tabel Produksi Ikan Demersal di Perairan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2014 ........... 149 Tabel Identifikasi Kondisi Infrastruktur Program SKPT di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, 2018 ...................................................................................................................................... 150 Tabel Sarana Prasarana Program SKPT Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat ................................................................................................. 151 Tabel Jumlah Armada Kapal Perikanan Laut di Provinsi Sumatera Barat, 2015 ..................................... 158 Tabel Jumlah Nelayan di Provinsi Sumatra Barat Berdasarkan Kategori Nelayan, 2015 ........................ 158 Tabel Jumlah Alat Tangkap di Provinsi Sumatra Barat, 2015 .................................................................. 159 Tabel Kebutuhan Investasi Usaha Perikanan Bagan Perahu di Provinsi Sumatra Barat, 2017 Kapal ..................................................................................................................... 160 vi Tabel Biaya Tetap yang Dikeluarkan pada Usaha Perikanan Bagan di Provinsi Sumatra Barat, 2017 Kapal/Tahun .....................................................................................................161 Tabel Biaya Variabel Per Trip Operasi Penangkapan Ikan Menggunakan Alat Tangkap Bagan di Provinsi Sumatra Barat, 2017 .........................................................................................................161 Tabel Jumlah Penerimaan Armada Berdasarkan Komoditas Ikan dan Bulan di Provinsi Sumatra Barat, 2017 Per Unit Kapal ..........................................................................................................163 Tabel Prakiraan Keuntungan Usaha Perikanan Bagan pada Berbagai Simulasi di Provinsi Sumatra Barat, 2017 Per Unit Kapal ..........................................................................................................164 Tabel Struktur Biaya dan Tingkat Keuntungan Usaha Perikanan pada Armada Penangkapan Ikan dan kategori sesuai berkisar <1,5 atau <1. Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 26 Sumber BMKG, 2015. Gambar Informasi Tinggi Gelombang di Perairan Pulau Nias dan Sekitarnya pada Saat Survei tanggal 13 - 14 Mei 2015. ๎ฎ๎ฒ๎ฑ๎ง๎ฌ๎ถ๎ฌ๎๎จ๎ฎ๎ฒ๎ถ๎ฌ๎ถ๎ท๎จ๎ฐ๎๎ท๎จ๎ต๎ธ๎ฐ๎ฅ๎ธ๎๎ฎ๎ค๎ต๎ค๎ฑ๎ช๎๎ง๎ฌ๎๎ฎ๎จ๎ณ๎ธ๎ฏ๎ค๎ธ๎ค๎ฑ๎๎ซ๎ฌ๎ฑ๎ค๎ฎ๎ฒ๎Jenis batuan tektonik menjadi substrat dasar perairan di seluruh gugusan kepulauan Hinako. Jenis batuan tersebut menjadi dasar yang membentuk terumbu karang, sehingga hampir di seluruh pulau dapat ditemukan banyak terumbu karang. Menurut Shepard 1973, Kuenen 1960, Bird 1976 dan Mater & Bennet 1984 bahwa 75% dari seluruh terumbu karang terbentuk pada masa Pleistosen. Menurut Mather & Benneth 1984 saat itu terjadi "tectonic subsidenceโ penurunan lapisan kerak bumi di dasar samudra akibat letusan gunung berapi dan fluktuasi paras muka laut akibat terjadinya perubahan massa es mulai jaman Pleistosen hingga perioda resen yang mengakibatkan variasi pada kedalaman laut di sepanjang paparan kontinental continental shelf. Gempa tektonik yang terjadi akibat pergerakan lempeng bumi pada wilayah tersebut, mengakibatkan terjadinya pengangkatan up-lift pada daerah terumbu karang di gugusan Kepulauan Hinako Gambar Menurut Mustafa 2010, gempa Nias yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2005 juga disebabkan oleh tumbukan lempeng India-Australia yang bergerak 6 -7 cm/tahun ke utara terhadap Eurasia. Pengulangan gempa Nias 1861 tidak menimbulkan tsunami karena episenternya tidak persis berada di daerah megathrust, serta kedalaman pusat gempa berada di ambang batas syarat untuk menimbulkan tsunami. Tektonik di Sumatra dikontrol oleh batas antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia bagian tenggara. Lebih lanjut Harjono 1992, menyatakan bahwa sesar Sumatra memiliki aktivitas yang tinggi sementara Sesar Mentawai hanya sebagiannya saja yang memiliki aktivitas yang cukup tinggi. Sumber Dokumentasi Survei. Gambar Pengangkatan Up-Lift Batu Karang Akibat Gempa Tektonik pada Tahun 2004 di Kepulauan Hinako - Nias Barat. Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 27 Berdasarkan hasil survei, secara umum tipe karang di gugusan kepulauan merupakan tipe ๎r๎๎g๎๎g reef karang tepi, dengan kondisi terumbu karang dalam kategori sedang di kisaran 30%-75% Gambar Terdapat 17 genus karang, yang didominasi oleh bentuk pertumbuhan bercabang branching/Acropora Gambar Untuk ikan karang yang berasosiasi dengan terumbu karang sebagai habitatnya, ditemukan beberapa jenis ikan target, ikan mayor, dan ikan indikator. Sumber Hasil Pengolahan Citra Satelit. Gambar Peta Sebaran Substrat Dasar Perairan Laut Terumbu Karang di Gugusan Kepulauan Hinako, Nias Barat, 2015. Sementara itu hasil survei yang dilakukan oleh Siringoringo et al. 2017, bahwa persentase tutupan karang hidup Kabupaten Nias Utara mengalami penurunan sebesar 2,49% dari tahun 2016 ke 2017. Pada tahun 2016 tutupan karang sebesar13,82% dan pada tahun 2017 tutupan karang sebesar 11,33%. Lebih lanjut Siringoringo et al. 2017, bahwa komunitas ikan terumbu karang di Nias Utara meningkat keanekaragaman jenisnya, untuk ikan indikator kepadatannya relatif stabil atau tidak mengalami perubahan, sedangkan kepadatan ikan target per hektar relatif stabil atau hanya mengalami sedikit penurunan, dan untuk biomassa ikan target per hektar mengalami penurunan, untuk ikan karnivor biomassa per hektar menurun sedangkan ikan herbivor naik. ๎๎Pulau Hinako Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 28 ๎๎Pulau Asu ๎๎๎Pulau Imana ๎๎๎Pulau Heruanga Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 29 ๎๎Pulau Bawa ๎๎Pulau Hamutala ๎๎๎Pulau Langu Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 30 ๎Pulau Begi Gambar Kondisi Terumbu Karang di Pulau Hinako, Pulau Asu, Pulau Imana, Pulau Heruanga, Pulau Bawa, Pulau Hamutala, Pulau Langu, Pulau Begi Gugusan Kepulauan Hinako โ Nias Barat, 2015. Persentase tutupan substrat dasar dapat dilihat pada Gambar dan Gambar Rata-rata persentase pengamatan yang dilakukan di Gugusan Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat didapatkan bahwa persentase karang hidup hard coral sebesar kondisi ini termasuk ke dalam kategori baik 50-75%. Persentase karang mati yang sudah ditumbuhi alga dead coral with algae sebesar 39,59%, kondisi ini masih terbilang sedang tingkat kerusakan atau kematian karangnya. Pada pengamatan juga ditemukan patahan karang rubble, spons sponge, dan biota lain others dengan persentase yang sangat kecil di bawah 6%. Gambar Persentase Rata-Rata Tutupan Substrat Dasar di Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015.๎๎ค๎ ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎algae๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฒ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 31 Gambar Persentase Tutupan Substrat Dasar di Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015.๎Jika dilihat persentase tutupan substrat dasar pada setiap titik pengamatan, persentase karang hidup tertinggi ada di titik penyelaman Pulau Langu dengan nilai 75,3% Tabel Persentase karang hidup terendah ada pada Gosong Ujung dengan nilai 39,32% sehingga memiliki persentase karang mati yang tertinggi sebesar 59,18%. Persentase karang mati terendah berada di Pulau Langu hanya 18,9%. Tingkat patahan karang tertinggi berada pada titik penyelaman Pulau Asu 1 dengan nilai 6,36%. Tingginya persentase karang hidup di Pulau Langu diduga karena relatif masih kurangnya tekanan antropogenik. Hal tersebut diperkuat oleh Widayatun et al. 2007 bahwa Pulau Langu tidak ada pemukiman. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang paling produktif secara biologis, namun juga merupakan ekosistem yang paling sensitif terhadap tekanan Birkeland, 1997. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Dedi & Arifin 2016 bahwa tekanan antropogenik yang terjadi pada perairan teluk Jakarta menyebabkan sistem metabolisme karang diperairan pulau-pulau kecil Teluk Jakarta terganggu. Tabel Persentase Tutupan Substrat Dasar di Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015. Selanjutnya Cleary et al. 2006 menyatakan bahwa semakin dekat dengan pantai Jakarta atau berada dalam wilayah Teluk Jakarta akan memiliki kondisi yang lebih buruk dibandingkan dengan terumbu karang yang terletak lebih jauh terutama akibat dampak aktivitas manusia. Selain faktor antropogenik, ekosistem terumbu karang juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan. Tinggi rendahnya konsentrasi nitrat, fosfat, dan silikat di perairan dipengaruhi daratan yang menyumbangkan buangan organik yang berasal dari limbah pertanian, industri, dan rumah tangga melalui sungai yang mengalir ke perairan tersebut Meirinawati & Muchtar, 2017. Indeks Mortalitas Karang IMK merupakan nilai indeks tingkat kematian karang pada titik pengamatan yang dilakukan. Nilai indeks yang mendekati angka 1 menandakan bahwa tingkat kematian karang sangat tinggi dan sebaliknya, apabila nilai indeks mendekati angka 0 maka tingkat kematian karang rendah. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan tingkat kematian karang tertinggi berada di titik penyelaman Gosong Ujung Pulau Hamutala dan Pulau Asu 1 dengan nilai 0,60 dan 0,59. Titik penyelaman 0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%100%GosongUjungPulau Asu1Pulau Asu2PulauBawaPulauLangu๎ณ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ท๎๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎๎๎๎SpongeRubbleOthersDCAAbiotic Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 32 di Pulau Asu 2, Pulau Bawa dan Pulau Langu masih terbilang rendah tingkat kematian karang hidupnya Gambar Gambar Nilai Indeks Mortalitas Karang IMK di Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015. Kerusakan atau kematian karang di Kepulauan Hinako disebabkan oleh faktor antropogenik, khususnya di Gosong dan Pulau Asu. Menurut Widayatun 2017, pemakaian alat tangkap jaring besar, bom dan potas yang dilakukan oleh nelayan dari luar Kepulauan Hinako. Menurut Hadi et al. 2018, faktor anthropogenik lebih banyak mempengaruhi kondisi karang di Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, maka kebutuhan akan hasil laut dan pemanfaatan lahan pesisir akan meningkat dan hal ini akan mengancam eksosistem pesisir, termasuk terumbu karang. Terumbu karang dapat hidup subur pada perairan yang mempunyai kisaran suhu optimum antara 230C โ 300C Nybakken, 1992, Sukarno et al., 1983. Menurut Carricart-Ganivert 2004 kenaikan suhu permukaan laut SPL dapat meningkatkan kalsifikasi karang sampai pada kecepatan tertentu, kemudian pertumbuhan kerangka akan menurun Tomascik, 1991. Sebaran intensitas kesehatan karang dipengaruhi oleh parameter lingkungan perairan. Lifeform atau bentuk pertumbuhan karang yang mendominasi di Gugusan Kepulauan Hinako didominasi oleh bentuk pertumbuhan bercabang coral branching dan karang meja coral tabulate Gambar Persentase dari kedua bentuk pertumbuhan tersebut memiliki nilai diatas 35% dari bentuk pertumbuhan yang ada di gugusan Kepulauan Hinako. Jumlah genus karang yang ditemukan sebanyak 17 genus karang dengan persentase genus tertinggi, yaitu Acropora dan Pocillopora Gambar Gambar Bentuk Pertumbuhan Karang pada Gugusan Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015. Ujung Pulau Asu 1 Pulau Asu 2 Pulau Bawa Pulau Langu๎ฑ๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎๎๎๎๎ท๎๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎๎๎๎05CB ACT ACB CM CE ACD CME CS CF CMR Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 33 Gambar Persentase Genus Karang yang Ditemukan di Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015. ๎ณ ๎๎๎๎ณ๎๎ ๎ท ๎ฌ ๎๎ ๎ ๎๎๎ฌ ๎๎๎๎๎ฑ๎ ๎๎๎ฑ๎ ๎ ๎๎๎๎๎ ๎ณ๎๎ฑ๎๎๎ ๎๎๎ฑ๎๎๎ฑ๎ ๎ท๎๎๎๎ ๎๎๎ ๎๎๎๎๎ฑ๎ ๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎ฑ๎ ๎ ๎ฌ๎ฑ๎๎๎๎Berdasarkan pengamatan menggunakan metode Line Intercept Transect LIT dengan panjang transek yang dibentangkan, yaitu 50 meter. Pengamatan dilakukan di 5 titik yang mewakili 3 pulau dari 8 pulau yang ada di Gugusan Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat, yaitu Pulau Asu, Pulau Bawa, Pulau Langu, serta Gosong Ujung di Pulau Hamutala dan Pulau Begi Gambar Sebaran terumbu karang Kepulauan Hinako, menunjukkan bahwa Pulau Langu dan Pulau Asu memiliki nilai sebaran yang relatif lebih tinggi dibanding dengan pulau lainnya. ๎Pulau Hinako๎๎ฐ๎ณ๎๎ฏ๎ต๎ฏ๎ฒ๎๎ต๎ฎ๎ต๎๎ฑ๎ฑ๎ญ๎๎ฑ๎ฎ ๎ญ๎๎ฐ๎ณ ๎ฌ๎๎ฒ๎ฎ ๎ฌ๎๎ฐ๎ญ ๎ฌ๎๎ฏ๎ด ๎ฌ๎๎ฏ๎ฐ ๎ฌ๎๎ฏ๎ฌ ๎ญ๎๎ญ๎ญ๎๎๎๎๎๎ ถ๎๎๎๎Persentase Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 34 ๎Pulau Asu๎๎๎Pulau Imana๎๎๎Pulau Heruanga๎๎ Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 35 ๎Pulau Bawa ๎๎Pulau Hamutala ๎๎Pulau Langu๎ Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 36 ๎Pulau Begi๎Gambar Peta Kondisi Terumbu Karang di Gugusan Kepulauan Hinako โ Nias Barat. Untuk mencegah semakin rusaknya terumbu karang, maka diperlukan pengelolaan terumbu karang. Pengelolaan ini pada hakekatnya adalah suatu proses pengontrolan tindakan manusia agar pemanfaatan terumbu karang dapat dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan. Salah satu konsep pengelolaan terumbu karang adalah menetapkan Kawasan Konservasi Laut Arifin, 2008 dan pariwisata bahari Parwinia & Arifin, 2010; Yulius et al. 2013; Arifin et al. 2002. Kawasan Konservasi Laut telah menunjukkan manfaat yang berarti berupa peningkatan biomas. Hasil studi Halpern 2003, menunjukkan bahwa secara rata-rata, kawasan konservasi telah meningkatkan kelimpahan abundance sebesar dua kali lipat, sementara biomas ikan dan keaneka ragaman hayati meningkat tiga kali lipat. Parwinia & Arifin 2010, menyatakan bahwa pemanfaatan KKL menjadi kawasan wisata dan kegiatan perikanan dapat memberikan manfaat ekonomi yang tinggi. Nilai ekologi-ekonomi untuk perubahan luasan KKL Selat Lembeh, menunjukkan bahwa semakin besar luasan KKL Selat Lembeh maka masing-masing nilai Effort open acces dan tangkap open acces menunjukkan penurunan, sedangkan nilai effort optimal tangkap optimal dan rente optimal tidak menunjukkan perubahan yang signifikan tetap. Adanya KKL Selat Lembeh dalam jangka panjang akan meningkatkan surpluls produsen Rp dikarenakan tersedianya stock perikanan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dampak "spill over" dari KKL Selat Lembeh dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kesejahteraan nelayan karena ketersediaan stok dapat dijaga secara berkelanjutan. Keuntungan yang nyata telah dibuktikan di beberapa tempat di mana terumbu karang sudah dilindungi dengan baik, termasuk pada beberapa lokasi sebagai berikut Netherlands Antilles Taman Nasional Laut Bonaire, di mana pariwisata selam meningkat; the Seychelles Taman Nasional Laut Ste. Anne, di mana taman nasional digunakan baik oleh turis maupun penduduk setempat untuk berenang, berlayar, snorkeling, selam, dan perjalanan perahu beralas kaca; Fiji Tai Island, di mana hasil tangkapan nelayan kecil meningkat, kegiatan pariwisata berkembang pesat, dan pemegang hak penangkapan tradisional eksklusif dilibatkan dalam pengelolaan resort dan penyewaan perahu; Cozumel Island Mexican Caribbean di mana terjadi peningkatan jumlah wisatawan lokal dan manca negara yang datang untuk menyaksikan melimpahnya ikan-ikan karang; dan Kenya Taman Nasional dan Cagar Alam Malindi/Watamu, di mana pariwisata menghasilkan pendapatan melalui tiket masuk, biaya pemandu dan biaya kemping, penyewaan perahu dan peralatannya, serta hotel. Pada sisi lain, juga terjadi keuntungan Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 37 tidak langsung dengan adanya permintaan terhadap lapangan pekerjaan di hotel-hotel, sebagai pemandu dan pengemudi perahu McNeely et al., 1994. Konservasi memiliki banyak manfaat yang signifikan yang akan membantu pengelolaan sumber daya kelautan dalam jangka panjang. Li 2000 merinci manfaat kawasan konservasi laut sebagai berikut manfaat biogeografi, keanekaragaman hayati, perlindungan terhadap spesies endemic dan spesies langka, perlindungan terhadap spesies yang rentan dalam masa pertumbuhan, pengurangan mortalitas akibat penangkapan, peningkatan produksi pada wilayah yang berdekatan, perlindungan pemijahan, manfaat penelitian, ekoturisme, pembatasan hasil samping ikan juvenil ๎uvenile by catch, dan peningkatan produktifitas perairan productivity enchance๎ent. ๎ณ๎จ๎ฑ๎ธ๎ท๎ธ๎ณ๎๎Berdasarkan hasil survei terumbu karang yang dilakukan di kawasan Kepulauan Hinako, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1. Kondisi terumbu karang masih dalam kategori sedang โ baik, pada kisaran persen tutupan 30% - 75%. 2. Kegiatan illegal fishing berupa penggunaan jaring besar, bom dan potas menjadi faktor penyebab utama kerusakan terumbu karang di wilayah Kepulauan Hinako, khsusnya di Go song Ujung dan P ulau Asu. 3. Berdasarkan tutupan dan kondisi terumbu karang, Pulau Langu dapat direkomendasikan sebagai kawasan konservasi laut daerah. ๎ณ๎จ๎ต๎ถ๎ค๎ฑ๎ท๎ธ๎ฑ๎ค๎ฑ๎Kontributor utama pada makalah ini adalah Taslim Arifin survei, analisis, interpretasi data dan penulisan makalah dan Muhammad Ramdhan survei dan analisis data. Kegiatan ini dibiayai dari DIPA Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Kabupaten Nias Barat, 2015, Pemetaan Potensi Ekosistem Terumbu Karang di Kabupaten Nias Barat. Dilaksanakan melalui kerja sama riset dengan Pusat Penelitian Sumber Daya Laut dan Pesisir P3SDLP Balitbang Kelautan dan Perikanan KKP. Ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas KP Kabupaten Nias Barat dan Kapus P3SDLP serta tim survei terumbu karang Dedi, M. Ramadhany dan Azhar Muttaqin atas kepercayaan dan kerja samanya pada kegiatan tersebut. Materi makalah ini adalah hasil analisis dan diskusi bersama dengan Dr. Syahrial Nur Amri Alm. Sebelum makalah ini diterbitkan Dr. Syahrial Nur Amri Alm meninggal dunia tanggal 13 Juli 2019 di Maros, Sulawesi Selatan, semoga almarhum mendapat tempat yang terbaik disisi-Nya. ๎ง๎ค๎ฉ๎ท๎ค๎ต๎๎ณ๎ธ๎ถ๎ท๎ค๎ฎ๎ค๎Arifin, T., Bengen, D. G., & Pariwono, J. I. 2002. Evaluasi Kesesualan Kawasan Pesisir Teluk Palu untuk Pengembangan Pariwisata Bahari. Jurnal Pesisir dan Lautan, Vol. 4 2 25-35. Arifin, T. 2008. Akuntabilitas dan Keberlanjutan Pengelolaan Kawasan Terumbu Karang di Selat Lembeh, Kota Bitung. Disertasi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Birkeland, C. 1997. Life and Death of Coral Reefs. Ed. Chapman & Hall, New York, 535 pp. Bird, E. C. F. 1976. Coast; An Introduction to Systematic Geomorphology. Austra-lian National University Press 219 -243. Burke, L., Reytar, K., Spalding, M., & Perry, A. 2012. Menengok Kembali Terumbu Karang yang Terancam di Segitiga Terumbu Karang. World Resources Institute. Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 38 Burke, L., Selig, E., & Spalding, M. 2002. Terumbu Karang Yang Terancam di Asia Tenggara. World Resources Institute. Carricart-Ganivet, J. P. 2004. Sea Surface Temperature and the Growth of the West Atlantic Reef-Building coral Montastraea annularis. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 3022249-260. Cleary, D. F. R., Suharsono, & Hoeksema, B. W. 2006. Coral Diversity Across a Disturbance Gradient in the Pulau Serubu Reef Complex off Jakarta, Indonesia. Biodiversity and Conservation, 15 3,653-3,674. Dedi, & Arifin, T. 2016. Kondisi Kesehatan Karang di Pulau-Pulau Kecil Teluk Jakarta. Jurnal Kelautan Nasional, Vol. 11 3 175-187. Dedi, Zamani, N. P., & Arifin, T. 2016. Hubungan Parameter Lingkungan Terhadap Gangguan Kesehatan Karang di Pulau Tunda-Banten. Jurnal Kelautan Nasional, Vol. 11 2 105- 118. Dimas, R. R., Setiyono, H., & Helmi, M. 2015. Arus Geostropik Permukaan Musiman Berdasarkan Data Satelit Altimetri Tahun 2012-2013 Di Samudra Hindia Bagian Timur. Jurnal Oseanografi. Vol. 4 44 756 โ 764. Online di Hadi, T. A., Giyanto, Prayudha, B., Hafizt, M., Budiyanto, A., & Suharsono. 2018. Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia P2O-LIPI. 2018. Status Terumbu Karang Indonesia 2018. Hakim, L. A. F. 2007. Penentuan Zona Potensial Pariwisata Bahari di Pesisir Pantai Selatan Pulau Lombok, NTB dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Harjono, H. 1992. Laporan Penelitian Sumenta I, Geoteknologi LIPI. diakses tanggal 13 Mei 2015 , diakses tanggal 13 Mei 2015. Nova, S. A. R. 2017. Illegal, Unreported And Unregulated Fishing The Impacts And Policy For Its Completion In Coastal West Of Sumatra. Jurnal Hukum Internasiona, Vo. 14 No. 2 237-250. Diambil dari . Kuenen, H. 1960. Marine Geology. John Wiley & Sons. Inc. New York 423 -453. Li, Eric, A. 2000. Optimum Harvesting with Marine Reserves. North American Journal of Fisheries Management 20 882-896. Mather, P., & Benne'it, I. eds.. 1984. A Coral Reef Handbook. The Australian Coral Reef Society 4- 12. Meirinawati, H., & Muchtar, M. 2017. Fluktuasi Nitrat, Fosfat d an S ili kat di Per air an Pu lau Bi nta n. J urna l Segara 3 141-148. McNeely, J. A., Thorsell, J. W., Ceballos-Lascurรกin. 1994. Guidelines Development of national parks and protected areas for tourism. 2nd edition. Published by the Neudecker, S. 1981. Growth and Survival of Scleractinian Corals Exposed to Thermal Effluents at Guam. Prociding 4th International Coral Reef Symposium, Manila, 1 173-180. Munyi, F. 2009. The Social And Economic Dimensions Of Destructive Fishing Activities In The South Coast Of Kenya. Report No Wiomsa/Marg-I/2009โ01. Diambil dari Mustafa, B. 2010. Analisis Gempa Nias Dan Gempa Sumatera Barat Dan Kesamaannya Yang Tidak Menimbulkan Tsunami. Jurnal Ilmu Fisika JIF, VOL 2 1 44 โ 50. Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 39 Natawijadja, D. H. 2007. Gempa bumi dan Tsunami di Sumatra dan Upaya untuk Mengembangkan Lingkungan Hidup yang Aman dari Bencana Alam. Diambil dari Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Terj. dari Marine Biology An Ecological Approach, oleh Eidman, M., Koesoebiono., Bengen, D. G., Hutomo, M., Odum E. P. 1971. Fundamental of ecology 3rd Ed. W. B. Saunders Company. Philadelphia. 574 p. Parwinia & Arifin. 2010. Model Konvergensi dan Divergensi Pengelolaan Kawasan Konservasi di Selat Lembeh, Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Segara, 2 93-100. Ramdhan, M., Husrin, S., Sudirman, N., & Altanto, T. 2012. Pemetaan Indeks Kerentanan Pesisir Terhadap Perubahan Iklim di Sumatra Barat dan Sekitarnya. Jurnal Segara 107-115. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir, Jakarta. Shepard, F. P. 1973. Submarine Geology. Harper & Row Publisher 342 - 366. Siringoringo, R. H., Suharsono, Sari, N. W. P., Arafat, Y., Arbi, U. Y., Azkab, H., Dharmawan, I. W. E., Sianturi, O. R., & Anggraeni, K. 2017. Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Kabupaten Nias Utara. CRITIC COREMAPโCTI LIPI. Sukarno, Aziz, A., Darsono, Moosa, K., Hutomo, Martosewojo, & Romimohtarto, K. 1983. Terumbu karang di Indonesia Sumber daya, permasalahan, dan pengelolaannya. Proyek studi potensi sumber daya alam Indonesia. Studi Potensi Sumber Daya Hayati Ikan. Lembaga Oseanografi Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Suparno. 2013. Kajian Kesesuaian Perairan untuk Wisata Selancar di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013. Semnaskan_UGM/Sosial Ekonomi SE-02 Surving Time. 2005. Indo Surf magazine Vol 6 no 2 Achipelago Love Bali, Lombok, Sumbawa, and Timor. The Curf Legian, Bali. Tomascik, T. 1991. Coral Reef Ecosistem. Environmental Management Guidelines. Kantor Menteri Negara KLH. 166 Hal. Widayatun, Situmorang, A., & IGP Antariksa. 2007. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dilokasi COREMAP II Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias. CRITC โ LIPI. Wilkinson, C., Souter, D., & Goldberg, J. 2016. Terumbu Karang di Negara-Negara yang Terkena Tsunami 2005. Australian Institute of Marine Science. Yulius, Y., Salim, H. L., Ramdhani, M., Arifin, T., & Purbani, D. 2013. Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Penentuan Kawasan Wisata Bahari di Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi. Globe Volume 15 2 129 โ 136. Yang bertandatangan dengan judul Taslim Arifin & Pengembangan Terumbu Utara, dipublikasikan dalam Perikanan WPPNRI 572. ISBN 978-623-7651-04-8 e-ISBN 978-623-7651-05-5 Kedudukan Taslim Arifin adalahDemikian surat pernyataan ini โ SURAT PERNYATAAN ini kami menyatakan bahwa publikasi , 2019. Kondisi Ekosistem dan PerspektifKarang Kepulauan Hinako, Kabupaten BUNGA RAMPAI Potensi Sumber Dayasebagai kontributor utama. buat dengan sebenarnya. Jakarta, 30 Desember Yang menyatakan, Kelautan, - KKP Peneliti Pusat Riset BRSDMKP - KKP bersama - Sumatra Kelautan dan 19 โ ResearchGate has not been able to resolve any citations for this MeirinawatiMuswerry MuchtarPulau Bintan di Provinsi Kepulauan Riau merupakan wilayah perairan yang diandalkan sebagai penghasil bahan tambang bauksit, penghasil komoditas perikanan dan sebagai daerah wisata yang banyak dikunjungi oleh wisata baik lokal ataupun mancanegara. Wilayah pesisir dan sumber daya yang dimiliki Pulau Bintan merupakan kontributor penting untuk pembangunan ekonomi dan kualitas hidup sehingga perlu dikelola dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan Bintan ditinjau dari kandungan nitrat, fosfat, dan silikat pada dua musim yang berbeda yang nantinya dapat digunakan oleh pemerintahan setempat dan instansi terkait dalam mengembangkan dan mengelola perairan kawasan perairan Pulau Bintan. Pengambilan sampel untuk penelitian nutrien nitrat, fosfat, dan silikat di perairan timur Kepulauan Bintan telah dilakukan di 27 titik lokasi pada April dan Agustus 2014. Konsentrasi nutrien berfluktuasi pada April dan Agustus. Nilai rata-rata kosentrasi nitrat, fosfat, dan silikat pada April berturut-turut yaitu 0,0510 ยฑ 0,0014 mg/L, 0,0050 ยฑ 0,0026 mg/L dan 0,2660 ยฑ 0,1655 mg/L. Konsentrasi rata-rata nitrat, fosfat, dan silikat pada Agustus berturut-turut yaitu 0,0260 ยฑ 0,0104 mg/L, 0,0160 ยฑ 0,0091 mg/L dan 0,057 ยฑ 0,035 mg/L. Konsentrasi nitrat, fosfat, dan silikat di perairan Bintan termasuk dalam kategori BME menunjukkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Pendapatan rumah tangga di Kepualuan Hinako naik dari Rp pada tahun 2007 menjadi Rp pada tahun 2009. Sedangkan pendapatan per-kapita penduduk pada tahun 2007 sebesar Rp naik menjadi Rp pada tahun 2009. Pendapatan rumah tangga dari kegiatan kenelayanan juga mengalami peningkatan dari Rp menjadi Rp Kenaikan pendapatan ini lebih dikarenakan oleh ketersediaan sumber daya alam dan bagaimana cara masyarakat mengolah dan menggunakannya untuk memperoleh penghasilan melalui usaha pertanian dan perikanan tangkap. Hal ini dikarenakan intervensi yang sifatnya memberdayakan perekenomian masyarakat melalui penyaluran dana bergulir yang dilakukan oleh pemerintah dan non โ pemerintah belum banyak dilaksanakan di wilayah ini. Selain itu, sumber pendapatan dari sektor lainnya perdagangan dan jasa di Kepulauan Hinako belum berkembang. Pengaruh program dan kegiatan COREMAP terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga belum ada. Hal ini terkait dengan belum terlaksananya kegiatan mata pencaharian alternatif melalui penyaluran dana bergulir kepada masyarakat. Kegiatan COREMAP lainnya yang diharapkan secara tidak langsung berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat, seperti pembangunan fasilitas desa villae grant juga belum MustafaWilayah Sumatera Barat memiliki tingkat seismisitas yang tinggi. Konvergensi oblique dari lempeng Indo-Australia terhadap Eurasia yang menunjam di bawah Sumatera menghasilkan potensi gempa dangkal dan sedang di wilayah muka busur fore-arc Sunda. Potensi gempa juga berada di darat sepanjang patahan Sumatera serta di laut sepanjang patahan Mentawai. Di wilayah muka busur diketahui adanya potensi gempa besar yang berpotensi tsunami. Hasil penelitian terhadap pertumbuhan mikroatol di kepulauan Mentawai menunjukkan bahwa periode ulang gempa besar di Mentawai adalah sekitar 200 tahun Hilman, 2005. Namun tidak semua pengulangan gempa besar di daerah fore-arc ini menimbulkan pengulangan tsunami. Data menunjukkan bahwa gempa Nias 28 Maret 2005 8,7 SR dan gempa Sumatera Barat 30 September 2009 7,9 SR sama-sama tidak menimbulkan tsunami. Salah satu kemungkinan sebabnya adalah episenternya tidak berada di daerah megathrust. Suparno SuparnoKabupaten Kepulauan Mentawai adalah salah satu destinasi obyek wisata selancar yang bertaraf Internasional di Indonesia dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Penelitian bertujuan menganalisa kesesuaian perairan wisata selancar berdasarkan kondisi parameter fisika perairan dan mengetahui karakteristik wisata selancar di Kabupaten Mentawai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey.. Analisa yang digunakan adalah analisa kesesuaian lahan wisata selancar dengan melihat kondisi tinggi gelombang, jenis pecah gelombang, dan jarak daerah pecah gelombang dari pantai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 39 lokasi yang sangat sesuai tersebar di perairan Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan. Ratarata tinggi gelombang berkisar antara 3- meter. Dua jenis tipe pecah gelombang yaitu colapsing dan plunging adalah tipe yang dianggap paling sesuai untuk kegiatan selancar. Nama selancar yang terkenal dan bertaraf internasional adalah Lanches Right di Katiet Pulau Sipora dan Maccaronies di Silabu Pulau Pagai Utara. Musim puncak selancar antara bulan April- Agustus yang dipengaruhi oleh angin peralihan musim timur dan musim timur. Juan P. Carricart-GanivetRelationships were analyzed between sea surface temperature SST and annual growth characteristics density, extension rate and calcification rate of the Caribbean reef-building coral Montastraea annularis. Colonies were collected from 12 localities in the Gulf of Mexico and the Caribbean Sea. Two well-separated relationships were found, one for the Gulf of Mexico and the other for the Caribbean Sea. Calcification rate and skeletal density increased with increasing SST in both regions, while extension rate tended to decrease. Calcification rate increased โผ g cmโ2 yearโ1 for each 1 ยฐC increase in SST. Zero calcification was projected to occur at ยฐC in corals from the Gulf of Mexico and at ยฐC in corals from the Caribbean Sea. The 24 ยฐC annual average SST isotherm marks the northern limit of distribution of M. annularis. Montastraea annularis populations of the Gulf of Mexico are isolated from those of the Caribbean Sea, and results indicate that corals from the Gulf of Mexico are adapted to growth at lower minimum and average annual SST. Corals from both the Gulf of Mexico and the Caribbean Sea, growing at lower SSTs and having lower calcification rates, extend their skeletons the same or more than those growing at higher SSTs. They achieve this by putting more of their calcification resources into extension and less into thickening, by sacrificing A. L. LiThe optimum harvest fishery is modeled as a perpetual annuity investment with a sudden and total stock collapse governed by a Poisson process in a linearly homogeneous harvest production model. The traditional economic harvesting models, which use harvest effort as the only control variable to maximize seasonal harvest profit, are extended to include reserve size as a second control variable to maximize total fishery value present and future potential harvest profits. As insurance against the risk of a stock collapse at the expense of lower seasonal harvest profits, the optimal size of a marine reserve can achieve the most common management objectives of lowering harvest output, increasing the sustained stock, and decreasing the catch rate. As a management tool, an optimal size reserve can also make fishery management errors more tolerable and less costly. A stylized fishery is included to give a quantitative demonstration.Hrab6aH.